Cerita Alhassan dan Alusine yang Cinta ke Man United
2 min read
Cerita Alhassan dan Alusine yang Cinta ke Man United – Halo Football Mania, ada dua kembar yang terinspirasi dari kakak beradik Da Silva di Manchester United? Yup, Alhassan dan Alusine Koroma, yang dulunya main bola di Sierra Leone, sekarang udah berumur 24 tahun dan siap menggebrak dunia sepak bola!
Awal Cerita Dari Sikembar Alhassan dan Alusine
Dulu, mereka mimpi jadi bintang bola Brasil kayak Ronaldo atau Kaka. Tapi, mereka malah ngerasa lebih deket sama dua bek terkenal yang mungkin kurang dikenal: Fabio dan Rafael Da Silva. Alhassan bilang, “Kita sering dibandingin sama mereka. Jadi, kita main sebagai full-back dan pakai nomor punggung 2 dan 3. saya pakai nomor 3 dan dipanggil Fabio, sementara Alusine pakai nomor 2 dan dipanggil Rafael.”
Da Silva bersaudara mulai main di Premier League waktu umur 18 tahun di 2008, dan mereka bertahan di Old Trafford selama enam dan tujuh tahun. “Kita pengen jadi kayak mereka, itu inspirasi buat kita,” kata mereka. Janji mereka? Main bareng dan sukses bareng!
Setelah sempat berlatih di akademi Craig Bellamy yang sekarang udah tutup, mereka bergabung dengan Marampa Stars, tim di divisi dua, dan mulai merubah posisi. Alusine jadi gelandang, sementara Alhassan jadi winger kiri. Meski udah main di klub yang berbeda, mereka masih berhubungan erat dan saling support satu sama lain.
Dukungan itu super penting pas remaja, waktu orang tua mereka bercerai. Mereka tinggal sama ayah dan harus cari cara untuk bertahan hidup di Freetown. “Waktu itu susah banget,” kata Alusine. “Kita ambil air, masukin ke jeriken, dan jual ke tetangga. Kita juga ngumpulin besi bekas buat dijual.”
Tanggapan Dari Alhassan
Alhassan bilang, “Ikatan kita itu kunci karir sepak bola kita. Kita udah lama bareng, sampai Alhassan pindah ke klub Qatar tahun lalu.”
Ketika Real Balompedica Linense di Spanyol mau merekrut Alhassan, dia bilang cuma mau tandatangan kontrak kalau Alusine juga diambil. “Mereka bilang, ‘Tandatangani dulu, bro, nanti kakakmu nyusul,’ dan dia beneran nyusul!”
Moment-momen penting di karir mereka selalu bareng, kayak debut senior, debut liga, dan debut internasional. Mereka udah main bareng sampai bisa baca pikiran satu sama lain di lapangan.
“Gue bisa baca pikirannya, dia juga bisa baca gue,” kata Alusine. “Kalau saya pegang bola, dia tahu apa yang saya mau lakuin. Jadi, orang pertama yang saya cari buat ngoper pasti dia!”
Mereka juga saling jaga. Kalau salah satu dilanggar, yang lainnya langsung khawatir. “Kita udah berjuang bareng dari kecil, dan di lapangan juga sama,” tutup mereka.