Shakhtar Donetsk: Kehidupan Antara Sepakbola dan Perang
2 min read
Shakhtar Donetsk Kehidupan Antara Sepakbola dan Perang – Halo Football Mania, jadi bayangin aja, dua hari sebelum main melawan Kryvbas, hotel yang seharusnya jadi tempat menginap tim Shakhtar Donetsk dihujani rudal Rusia! Di Kryvyi Rih, yang cuma 40 mil dari wilayah yang dikuasai Rusia, empat orang tewas dan banyak yang terluka. Ini bukan drama sinetron, loh!
Awal Cerita Dari Shakhtar Donetsk
“Bayangin aja, tim kita menginap di hotel itu, apa yang bisa terjadi?” ucap CEO Shakhtar Donetsk, Sergei Palkin, ke BBC Sport. “Ngatur tim di situasi kayak gini susah banget, apalagi buat nawarin pemain baru.”
Dia cerita, setelah insiden itu, banyak keluarga pemain yang kirim pesan khawatir. “Kita udah pastiin semuanya aman, tapi dari segi mental, susah banget buat meyakinkan pemain buat berangkat dan main.”
Pertandingan tetap berlangsung, tapi dihentikan di menit ke-51 karena sirene serangan udara. Ini bukan kali pertama, loh! Sebelumnya, mereka juga sempat berhenti pas lawan Dnipro.
Kapten tim, Taras Stepanenko, bilang, “Khawatir banget, keluarga saya khawatir, istri-istri pemain juga cemas. Pemain asing apalagi, mereka baru datang ke negara baru dan pasti ngeri.” Dia berharap penyelenggara lebih serius soal keamanan. “Ini bukan hal yang lucu.”
Tanggapan Dari Pemain Georgi Sudakov
Rasa takut ini jelas bikin suasana jadi tegang. Georgi Sudakov, pemain Shakhtar Donetsk, cerita, “Sulit banget secara psikologis ketika istri kirim pesan bilang dia dan anak kita sembunyi di kamar mandi.”
Sementara itu, Champions League memberi mereka kesempatan untuk bermain di luar ancaman perang, tapi perjalanan ke luar negeri juga punya tantangan tersendiri. Misalnya, ketika mereka menghadapi Arsenal di Emirates, itu setelah perjalanan panjang dari Kyiv ke Lviv, terus melanjutkan ke Rzeszow di Polandia sebelum terbang ke London.
“Setelah perjalanan jauh kayak gitu, kita udah kalah saing dari segi fisik dan mental,” jelas Palkin. “Dua hari di bus dan pesawat itu berat banget.”
Shakhtar udah terbiasa main di luar kandang. Mereka udah 10 tahun meninggalkan Donetsk karena separatis pro-Rusia yang merampas daerah itu. Konflik ini makin meluas setelah invasi Rusia dua tahun lalu. Sepakbola sempat terhenti, tapi musim 2022-23 dilanjutkan.
Tanggapan Dari Palkin
Mereka udah main di enam kota yang berbeda di Champions League sejak meninggalkan Donetsk. “Kalian paham gak sih hidup kita kayak gimana?” tambah Palkin. “Kita klub unik, sejarah kita sangat sulit dan kuat.”
Sejak Ukraina merdeka dari Uni Soviet di 1991, Dynamo Kyiv jadi kekuatan sepakbola utama. Shakhtar baru mulai bersinar dengan meraih gelar pertamanya di 2002 dan jadi kekuatan besar dengan 15 gelar liga dan UEFA Cup di 2009.
Mereka sukses merekrut pemain Brasil, kayak Fernandinho dan Willian, yang bikin tim ini makin kuat. “Dulu, waktu kita di Donetsk, gampang banget melakukan transfer, karena keadaan damai dan infrastruktur sepakbola yang keren.”
Jadi, meskipun Shakhtar punya banyak tantangan, semangat juang mereka tetap tinggi!